Rabu, 07 Januari 2015

History of Hello Kitty

According to the legend, Hello Kitty was created back in the 1970s by a Chinese woman. Apparently, her 14-year old daughter was disagnosed with cancer of the mouth. The doctors told the mother that her child was terminally ill and there was nothing they could do for her.
The mother refused to give up hope and visited every church in the city to pray for her daughter. When that didn’t work, she came to the end of her rope. The desperate mother became involved with satanic rituals and devil worship. They say that, in order to save her daughter’s life, she made a pact with the devil himself.
For curing her daughter’s cancer, the devil demanded only one thing in return. She would have to create a cartoon character that would appeal to children all over the world. The devil wanted to use the popularity of this cartoon character to trick people into worshipping Satan.
When her daughter recovered from her cancer, the mother kept her promise to the devil. She created Hello Kitty.
As the story goes, Hello Kitty was designed with no mouth because the daughter had cancer of the mouth. Hello Kitty’s pointed ears represent the Devil’s horns. The word “Kitty” means “Demon” in Chinese. So “Hello Kitty” really means “Hello Demon”. They say that anyone who buys Hello Kitty merchandise is welcoming the Devil into their hearts. Satanists all over the world use Hello Kitty as a secret symbol and many of them actually tattoo the image on their skin. Devil Worshippers refer to Hello Kitty as “The Daughter of the Devil.”
Of course, this is all just an urban myth. Hello Kitty was actually created by a Japanese company named Sanrio that specializes in designing and branding cartoon characters. Hello Kitty was originally designed to be a decoration on a purse. Also, Kitty does not mean “Demon” in Chinese.
The designers created Hello Kitty without a mouth because they wanted make her emotions ambiguous. The blank expression means that you can project your own emotions onto the cartoon. If you are sad, then Hello Kitty looks sad. If you are happy, then Hello Kitty looks happy. Hello Kitty will seem to feel whatever emotion you are feeling.
So, the truth is that Hello Kitty is not associated with satanic rituals or devil worship at all.
However, in 1999, a brutal murder took place in Hong Kong. It later became known as the “Hello Kitty murder”. Three men kidnapped a young woman and kept her captive in their apartment for a month. They tortured her and then murdered her. It was known as the “Hello Kitty Murder” because the killers cut off the victim’s head and hid it inside a Hello Kitty doll… Now, that’s a true story.



Source : http://www.scaryforkids.com/hello-kitty/

Why Everybody Loves Green Tea

 Green tea has been used as a medicine for thousands of years, Green tea was used in traditional Chinese and Indian medicine to lowering blood pressure until preventing cancer. Green tea contains a lot of antioxidants, and it have a good caffeine and that’s why green tea have so much benefit.
There are some research disscuss about green tea good for our skin and apparently it can preventing skin cancer. And here’s some benefit of green tea : reduce stroke risk, help to fight prostate cancer, weight loss, decrease tumor and another study found that consuming 10 cups of green tea per day can lower your cholesterol.
So, if you want to stay healthy you can start drinking green tea from now, if you suffered a cancer you may drinks it from 2 – 10 cups a day but if you want to weight loss you may drinks it from 3 – 6 cups a day to control your appetite to eat. It is up to you to believe it or not, maybe  some of these benefits are still being debated, but if you want to use green tea for medicinal purposes, you can do your own research.

If you addict to green tea and chocolate, I recommend you to buy Kitkat green tea or Pocky midi green tea. The taste is amazing and delicious, but you will never find it in a small market like Indomart or alfamart but you can buy it in a big supermarket like Kemchick and All Fresh or you can buy it by online on Instagram and because Kitkat green tea and Pocky green tea from Japan sometimes the seller sell it with an unreasonable price.

Sejarah Jurnalistik Dunia dan Indonesia

1            1.    Sejarah jurnalistik di dunia dari jaman romawi :

Akta diurna :
     Sejarah Jurnalistik dimulai jaman Romawi Kuno, pada masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM).  Pada saat itu, terdapat acta diurna yang memuat semua hasil sidang, peraturan baru, keputusan-keputusan senat dan berbagai informasi penting yang ditempel di sebuah pusat kota. “Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
     Namun sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.
     Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.

Penemuan Kertas :
     Sebelum kertas ditemukan, orang kuno menggunakan beragam material untuk mencatat sesuatu. Orang Mesir kuno menuliskan catatan di batang pohon, di piringan tanah oleh orang Mesopotamia, di kulit domba oleh orang eropa dan yang lainnya.
Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir Kuno pada masa wangsa firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.
     Kemudian perkembangan kertas dimulai kembali dari Cina. Terinspirasi dari proses penggulungan sutra, orang Cina kuno berhasil menemukan bahan seperti kertas yang disebut ‘bo’ yang terbuat dari sutra. Namun produksi bo sangatlah mahal karena kelangkaan bahan. 
     Pada awal abad ke dua, pejabat pengadilan bernama Cai Lun berhasil menemukan kertas jenis baru yang terbuat dari kulit kayu, kain, batang gandum dan yang lainnya. Kertas jenis ini relatif murah, ringan, tipis, tahan lama dan lebih cocok untuk digunakan dengan kuas. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
     Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Talas pada tahun 751 Masehi di mana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga pada zaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Bagdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India, lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol, Pada abad ke 16, kertas mencapai wilayah Amerika dan secara bertahap menyebar ke seluruh dunia.

Penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg :
     Karya Johannes Gutenberg dalam mesin cetak di mulai sekitar 1436 ketika dia sedang bekerja sama dengan Andreas Dritzehan, seseorang yang pernah
dibimbing oleh Gutenberg dalam pemotongan batu permata, dan Andreas Heilmann, pemilik pabrik kertas. Tetapi rekor resmi itu baru muncul pada tahun 1439 ketika ada gugatan hukum melawan Gutenberg; saksi-saksi yang ada membicarakan mengenai cetakan Gutenberg, inventaris logam (termasuk timah), dan cetakan ketikannya.

Penerbitan koran pertama di Inggris dan Amerika :
     Surat kabar pertama kali dibuat di Amerika Serikat, dengan nama “Public Occurrenses Both Foreign and Domestick” di tahun 1690. Surat kabar tersebut diusahakan oleh Benjamin Harris, seorang berkebangsaan Inggris. Akan tetapi baru saja terbit sekali, sudah dibredel. Bukan karena beritanya menentang pemerintah, tetapi hanya karena dia tidak mempunyai izin terbit. Pihak kerajaan Inggris membuat peraturan bahwa usaha penerbitan harus mempunyai izin terbit, di mana hal ini didukung oleh pemerintah kolonial dan para pejabat agama. Mereka takut mesin-mesin cetak tersebut akan menyebarkan berita-berita yang dapat menggeser kekuasaan mereka kecuali bila usaha itu dikontrol ketat.
     Kemudian surat kabar mulai bermunculan setelah negara Amerika Serikat berdiri. Saat itu, surat kabar itupun tidak sama seperti surat kabar yang kita miliki sekarang. Saat itu surat kabar dikelola dalam abad kegelapan dalam jurnalisme. Sebab surat kabar telah jatuh ke tangan partai politik yang saling bertentangan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk membuat berita secara objektif., kecuali untuk menjatuhkan terhadap satu sama lainnya. Washington dan Jefferson dituduh sebagai penjahat terbesar oleh koran-koran dari lawan partainya.
     Presiden John Adams membreidel koran ”The New Republik”. Selama koran tetap dikuasai oleh para anggota partai politik saja, maka tidak banyak yang bisa diharapkan.
     Kemudian kecerahan tampaknya mulai menjelang dunia persurat kabaran. James Gordon Bennet, seorang berkebangsaan Skotlandia melakukan revolusinisasi terhadap bisnis surat kabar pada 1835. Setelah bekerja di beberapa surat kabar dari Boston sampai Savannah akhirnya dia pun mendirikan surat kabar sendiri. Namanya ”New York Herald” dengan modal pinjaman sebesar 500 dollar. Percetakannya dikerjakan di ruang bawah tanah di Wall Street dengan mesin cetak yang sudah tuam dan semua pekerjaan reportase dilakukannya sendiri.
     Koran besar yang ketiga pun muncul di New York di tahun 1851, ketika Henry J. Raymond mendirikan koran dengan nama “The New York Times”, atas bantuan mitra usahanya, George Jones. Raymond-lah yang mempunyai gagasan untuk menerbitkan koran yang non partisan kepada pemerintah maupun perusahaan bisnis.

Penerbitan Koran di German  
Johan Carolus yang berkebangsaan Jerman, mencetak surat kabar pertama, yaitu Relation aller Fürnemmen und gedenckwürdigen Historien (Collection of all distinguished and commemorable news), yang diterbitkan tahun 1605, di Strasbourg, Alsace, Perancis. Bentuknya masih berupa pamflet, dan dikenal dengan Petisi Carolus. Ditemukan di data arsip Strasbourg Municipal pada tahun 1980, dan dapat dikatakan sebagai awal dari terbitnya surat kabar. Petisi itu berisi kalimat, sebagai berikut :

Where as I have hit her to been in receipt of the weekly news advice [handwritten news reports] and, in recompense for some of the expenses incurred yearly, have informed yourselves every week regarding an annual allowance; Since, however, the copying has been slow and has necessarily taken much time, and since, moreover, I have recently purchased at a high and costly price the former printing workshop of the late Thomas Jobin and placed and installed the same in my house at no little expense, albeit only for the sake of gaining time, and since for several weeks, and now for the twelfth occasion, I have set, printed and published the said advice in my printing workshop, likewise not without much effort, inasmuch as on each occasion I have had to remove the formes from the presses …

Petisi ini kemudian dibuat secara berkala. Surat kabar didefinisikan berdasarkan kriteria fungsi publisitas, berkelanjutan, terbit secara teratur, dan aktual. Surat kabar pertama milik Carolus ini telah memenuhi definisi tersebut, serta diakui oleh asosiasi surat kabar dunia, sebagai surat kabar yang pertama pada tahun 2005.

Surat kabar tertua di dunia yang hingga saat ini masih terbit, adalah Post - Och Inrikes Tidnigar, dari Swedia, yang terbit mulai tahun 1645.

Surat kabar yang terperinci adalah Journal An Sou de Nouvelle, yang terbit di Perancis pada masa Napoleon Bonaparte, abad ke-17, berisi tentang perjalanan tentara Napoleon dari Paris menuju Napoli di Italia.

     Penemuan Mesin Cetak di tahun 1506 :
   
  Pada awalnya mesin ketik di ciptakan pada tahun 1714 oleh Henry Mil, dalam berbagai bentuk. Meskipun begitu, Sholes lah orang pertama yang menemukan dan berhasil secara komersial. Awalnya Sholes memiliki tujuan untuk menciptakan sebuah mesin ketik untuk halaman buku,tiket dan sebagainya. Untuk mewujudkan mimpinya tersebut, ia mulai bekerja pada sebuah toko mesin kleinsteubers yang terletak di Milwaukee.         
     Sholes dan seorang temannya yang bernama Samuel W. Soule telah mematenkan mesin penomoran pada 13 November 1866. Mereka menunjukan mesin tersebut kepada seorang pengacara sekaligus penemu amatir pada toko mesin danmempertanyakan tentang kemungkinan mesin tersebut dibuat untuk dapat menghasilkan huruf atau kata,
     Pertanyaan tersebut telah membuat Sholes dan Soule menjadi terinspirasi untuk dapat mewujudkannya, pada tahun 1867 Sholes telah menemukan sebuah catatan pendek di Scientific American yang menggambarkan prototype, yaitu sebuah mesin tik prototype yang diciptakan oleh John Pratt. Berdasarkan catatan tersebut, Sholes telah memutuskan bahwa pterotype tersebut terlalu kompleks serta dapat digunakan untuk membuat mesin sendiri dengan mana yang diperoleh dari artikel mesin tik.
     Dalam proyek pembuatan mesin ketik Soule dan Glidden bergabung dengan Sholes dan mereka menyediakan dana untuk projek tersebut. Mesin ketik Sholes,soule dan Glidden di patenkan pada 23 Juni 1886. Mesin ketik tersebut telah menulis ratusan surat yang ditujukan ke berbagai pihak, salah satunya adalah James Densmore yang berasal dari Meadville,Pennsylvania.
     Densmore telah meramalkan apabila mesin ketik tersebut akan sangat menguntungkan dan memberikan penawaran untuk membeli saham paten mesin ketik tersebut. Penawaran tersebut diterima oleh ketiganya,mereka sepakat untuk menjual seperempat dari paten dengan imbalan harus membayar semua biaya yang dikeluarkan selama ini. Densmore memeriksa mesin tik pada tahun 1867 mendesak untuk melakukan perbaikan pada mesin ketik tersebut. Hal tersebut membuat Soule dan Glidden meninggalkan projek tersbut dan juga meninggalkan Sholes serta Densmore dalam kepemilikan tunggal hak paten mesin ketik.
Sholes dan Densmore menyadari bila stenograf menjadi bagian terpenting dari mesin ketik,maka perlu menentukan posisi yang sesuai, sehingga mereka mengirim versi eksperimental kepada beberapa stenograf. Yang di utamakan adalah James O. Clephane dari kota Washington DC. James adalah satu-satunya orang yang telah mencobanya, karena tidak ada orang lain yang mau mencoba mesin tik mereka. Setelah di coba, Sholes membuat mesin tik yang dapat menungguli mesin tik yang sebelumnya. Sholes disebut sebagai penemu dari keyboard QWERTY dan mengatur tata letak mesin ketik keyboard yang di kenal dengan sebutan QWERTY, karena memiliki enam kunci pertama memesan pada baris ke tiga.
Semenjak penemuan QWERTY yang menjadi lebih modern dengan layout bahasa Inggris komputer. Pada tahun 1872, modelnya telah di sempurnakan sehingga Sholes menjual hak cipta untuk sebuah Perusahaan Senjata Remington, sebesar $ 12.000 dan mesin yang pertama kali di pasarkan sebagai Sholes & writer ketik Glidden. Pada tahun 1873 telah terjual sebanyak 5.000 mesin, Sholes terus bekerja untuk memajukan perangkat.

Pulitzer Awards            
Joseph Pulitzer lahir tanggal 10 April 1847 di Makó, Hungaria. Awalnya ia meniti karir sebagai seorang tentara di Kerajaan Austria. Namun tak lama setelahnya ia diberhentikan karena masalah kesehatan. Pulitzer kemudian beremigrasi ke AS pada 1884 dan menjadi anggota ketentaraan yang berdinas dalam Perang Sipil Amerika (1861-1865). 

Karir Jurnalis     :
Usai perang ia menetap di St. Louis, Missouri dan bekerja sebagai wartawan di sebuah koran harian berbahasa Jerman, Westliche Post. Setelah itu ia bergabung dengan Partai Republik dan berhasil terpilih sebagai anggota dewan di negara bagian Missouri pada 1869. Akan tetapi setelah gagal mengusung Horace Greeley sebagai presiden AS pada pemilu masa itu, Partai Republik mengalami kemunduran. Pulitzer pun loncat ke Partai Demokrat. 

Pada 1872, Pulitzer membeli surat kabar Post seharga USD 3.000 dan setahun kemudian ia menjual surat kabar itu dengan harga berlipat. Pada 1879, ia membeli surat kabar St. Louis Dispatch dan St. Louis Post yang kemudian digabungkannya menjadi satu dengan nama St. Louis Post-Dispatch yang kemudian dirubah namanya lagi menjadi koran St. Louis saja. Di masa inilah, Pulitzer meraih kesuksesan besar dan berhasil mengumpulkan harta kekayaannya.

Tahun 1882, Pulitzer mengakuisisi surat kabar New York World. Setelah dikelolanya, surat kabar yang semula telah mengalami defisit USD 40.000 berubah total dengan meraup untung sejumlah USD 346.000 dalam setahun. Hal ini bisa terjadi karena Pulitzer merombak habis-habisan arah pemberitaan surat kabar tersebut. Pulitzer mengisi New York World dengan sajian-sajian berita human-interest, skandal, gosip dan berita-berita sensasional lainnya di mana pada masa itu gebrakan ini belum dilakukan oleh media-media lain. Pada 1885, Pulitzer terpilih sebagai anggota DPR AS (House of Representatives). Namun sayangnya beberapa bulan kemudian ia mengundurkan diri. 

Tahun 1887, Pulitzer merekrut seorang jurnalis terkenal AS masa itu, Nellie Bly untuk memperkuat redaksi New York World. Sebelumnya di tahun 1895, surat kabar ini semakin menjulang popularitasnya karena untuk pertama kali dalam sejarah pers menyajikan serial komik berwarna (komik The Yellow Kid karya Richard F. Outcault). Oplah koran pun kian menggelembung dari 15.000 menjadi 600.000 eksemplar per hari yang membuatnya menjadi surat kabar terbesar AS pada masa itu. 

Jurnalisme Kuning (Koran Kuning)    :
Tahun 1895, surat kabar New York World mendapat pesaing baru yaitu surat kabar New York Journal yang dimiliki oleh William Randolph Hearst. Sejak tahun 1895 hingga 1898 terjadi persaingan hebat antara surat kabarNew York World milik Pulitzer dan New York Journal milik Hearst. Kedua media ini saling menabuh genderang perang dengan menyajikan berita-berita bombastis, sensasional dan kontroversial dengan tujuan utama peningkatan oplah. Persaingan sengit ini kemudian dikenal dengan istilah jurnalisme/koran kuning. Istilah ini diberikan oleh kalangan pers AS karena kedua koran tersebut sering menyajikan berita murahan untuk mencari sensasi dan menarik minat pembaca. Selain itu, keduanya juga sama-sama memuat serial komik The Yellow Kid(Bocah Kuning).

Akibat terlalu sering mempraktekkan jurnalisme kuning, Joseph Pulitzer pernah diseret ke meja hijau atas tuduhan pencemaran nama baik Presiden AS (waktu itu) Theodore Roosevelt dan pengusaha besar J. P. Morgan. Pada tahun 1909, surat kabar New York World memberitakan adanya transaksi palsu senilai USD 40 juta dolar dalam pembelian Terusan Panama yang melibatkan dua orang penting tersebut. Beruntung dalam persidangan, hakim membebaskannya dari segala tuduhan atas dasar kebebasan pers.

Sumbangsih pendidikan            :
Tahun 1892, Joseph Pulitzer menawarkan uang sejumlah USD 2 juta ke Universitas Columbia, AS untuk mendirikan sekolah jurnalis pertama. Awalnya, tawaran itu ditolak pihak universitas karena menganggap Pulitzer mungkin punya motif tertentu. Akan tetapi setelah terjadi pergantian pimpinan universitas, barulah tawaran itu mulai dipertimbangkan. Namun pendirian sekolah jurnalisme ini baru benar-benar direalisasikan pada tahun 1912 setelah Pulitzer mangkat. Bagaimanapun, di saat menanti kepastian pendirian sekolah jurnalisme di Universitas Columbia, Pulitzer telah berhasil mendirikan sekolah serupa di Universitas Missouri.

Joseph Pulitzer meninggal tahun 1911 di atas kapal pesiar peristirahatannya yang sedang berlabuh di Charleston, South Carolina. Ia kemudian dimakamkan di Bronx, New York.

Penghargaan/Hadiah Pulitzer   :
Acara penganugerahan Pulitzer pertama kali digelar setahun setelah Joseph Pulitzer meninggal yaitu pada tanggal 4 Juni 1917. Ini merupakan warisan terpenting Pulitzer dalam dunia pers. Setiap tahun ada duapuluh satu jenis kategori penghargaan yang diberikan. Di mana duapuluh orang/pihak pemenang berhak atas uang sejumlah USD 10.000 dan sertifikat. Sedangkan pemenang utama mendapat medali emas. Pemenang utama biasanya bukanlah individu melainkan sebuah institusi pers (surat kabar). 

Kategori Penghargaan  :
Kategori-kategori yang masuk dalam penilaian penghargaan Pulitzer adalah yang berkaitan dengan jurnalisme, seni dan kesusastraan. Sayangnya yang berhak mengikuti kontes penghargaan Pulitzer hanya para insan pers yang berkarir dalam media cetak terbitan AS. 

Penghargaan Pulitzer dalam bidang jurnalisme antara lain: kategori media pelayanan publik, peliputan beritabreaking news, peliputan investigasi, peliputan eksplanatori (yang membutuhkan penguasaan bidang tertentu), peliputan lokal, peliputan nasional, peliputan internasional, penulisan berita fitur, penulisan editorial, kartun editorial, komentar, kritik, fotografi fitur dan fotografi breaking news.

Sedangkan dalam bidang kesusastraan dan drama ada enam penghargaan yaitu: Karya Fiksi, Drama, Sejarah, Biografi atau Otobiografi, Puisi, Non-fiksi.

Untuk bidang musik ada satu penghargaan yaitu: karya musik asli yang ditampilkan dan direkam pertama kali di AS.

Selain penghargaan-penghargaan di atas ada pula sejumlah penghargaan khusus lainnya dan beasiswa bagi empat orang mahasiswa lulusan terbaik sekolah jurnalisme. 

Penulis-penulis terkenal yang pernah meraih Penghargaan Pulizer: 
Margaret Mitchell, Saul Bellow, Ernest Hemingway, Eudora Welty, Harper Lee, William Faulkner, Toni Morrison, Robert Frost, Roger Ebert, Tennessee Williams, Arthur Miller, Stephen Sondheim, Margaret Leech, David McCullough, Norman Mailer, John Updike, Booth Tarkington, dan Eugene O'Neill. 


2.      Sejarah Jurnalistik di Indonesia :
     Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.
     Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi kewartawanan. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.
     Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

3.      Perkembangan pers di Indonesia pada jaman belanda :
     Pada tahun 1828 di Jakarta diterbitkan Javasche Courant yang isinya memuat berita- berita resmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa. Sedangkan di Surabaya Soerabajash Advertentiebland terbit pada tahun 1835 yang kemudian namanya diganti menjadi Soerabajash Niews en Advertentiebland.
Di semarang terbit Semarangsche Advertentiebland dan Semarangsche Courant. Di Padang surat kabar yang terbit adalah Soematra courant, Padang Handeslsbland dan Bentara Melajoe. Di Makassar (Ujung Pandang) terbit Celebe Courant dan Makassaarch Handelsbland. Surat- surat kabar yang terbit pada masa ini tidak mempunyai arti secara politis, karena lebih merupakan surat kabar periklanan. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar setiap kali terbit. Semua penerbit terkena peraturan, setiap penerbitan tidak boleh diedarkan sebelum diperiksa oleh penguasa setempat.

4.      Perkembangan pers pada jaman jepang :
     Ketika Jepang datang ke Indonesia, surat kabar-surat kabar yang ada di Indonesia diambil alih pelan-pelan. Beberapa surat kabar disatukan dengan alasan menghemat alat- alat tenaga. Tujuan sebenarnya adalah agar pemerintah Jepang dapat memperketat pengawasan terhadap isi surat kabar. Kantor berita Antara pun diambil alih dan diteruskan oleh kantor berita Yashima dan selanjutnya berada dibawah pusat pemberitaan Jepang, yakni Domei.
     Wartawan-wartawan Indonesia pada saat itu hanya bekerja sebagai pegawai, sedangkan yang diberi pengaruh serta kedudukan adalah wartawan yang sengaja didatangkan dari Jepang. Pada masa itu surat kabar hanya bersifat propaganda dan memuji-muji pemerintah dan tentara Jepang.

5.      Perkembangan pers pada jaman kemerdekaan :
     Seperti juga di belahan dunia lain, pers Indonesia diwarnai dengan aksi pembungkaman hingga pembredelan. Haryadi Suadi mencatat, pemberedelan pertama sejak kemerdekaan terjadi pada akhir 1940-an. Tercatat beberapa koran dari pihak Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dianggap berhaluan kiri seperti Patriot, Buruh, dan Suara Ibu Kota dibredel pemerintah. Sebaliknya, pihak FDR membalas dengan membungkam koran Api Rakjat yang menyuarakan kepentingan Front Nasional. Sementara itu pihak militer pun telah memberedel Suara Rakjat dengan alasan terlalu banyak mengkritik pihaknya.
     Pada tanggal 1 Oktober 1945 terbit Harian Merdeka sebagi hasil usaha kaum Buruh De Unie yang berhasil menguasai percetakan. Pada saat revolusi fisik itu jurnalistik Indonesia mempunyai fungsi yang khas. Hasil karya wartawan bukan lagi bermanfaat bagi konsumsi pembaca di daerah pedalaman, tetapi juga berguna bagi prajurit-prajurit dan laskar-laskar yang berjuang di Front. Berita yang dibuat para wartawan bukan saja mengobarkan semangat berjuang membela kemerdekaan, tetapi sekaligus sebagai alat pemukul terhadap hasutan-hasutan pihak Belanda yang disiarkan melalui berbagai media massanya.
     Pada tanggal 1 Januari 1950 berlakulah UUD RIS, tetapi pada tanggal 15 Agustus 1950 RIS dibubarkan, dan Indonesia menjadi Republik Kesatuan dengan UUDS. Pada waktu itu yakni waktu pengakuan kedaulatan sampai tahun 1959 yaitu munculnya doktrin demokrasi terpimpin yang kemudian disusul dengan ajaran Manipol Usdek, kebebasan pers banyak digunakan untuk saling mencaci-maki dan memfitnah lawan politik dengan tujuan agar lawan politiknya itu jatuh namanya dalam pandangan khalayak.
     Antara tahun 1955 sampai 1958 dengan UU No. 23 tahun 1954 banyak surat kabar yang dibredel, banyak pula wartawan yang ditangkap dan ditahan. Tanggal 1 Oktober 1958 dapat dikatakan sebagai tanggal matinya kebebasan pers Indonesia. Sesudah Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, pihak penguasa berturut-turut mengeluarkan peraturan untuk lebih mengetatkan kebebasan terhadap pers. Persyaratan untuk mendapatkan SIT diperkeras. Baru beberapa bulan peraturan itu berjalan, kemudahan lahir peraturan baru yang lebih mempersempit ruang gerak para wartawan yang hendak mengeluarkan pendapatnya dan pikirannya.
                

6.      Perkembangan pers pada jaman Soekarno :
                 Pada awal 1960, penekanan pada kebebasan pers diawali dengan peringatan Menteri Muda Penerangan Maladi bahwa “langkah-langkah tegas akan dilakukan terhadap surat kabar, majalah-majalah, dan kantor-kantor berita yang tidak menaati peraturan yang mulai mengenakan sanksi-sanksi perizinan terhadap pers. Demi kepentingan pemeliharaan ketertiban umum dan ketenangan, penguasa perang mencabut izin terbit Harian Republik.

     Memasuki tahun 1964 kondisi kebebasan pers semakin memburuk: hal ini digambarkan oleh E.C Smith dengan mengutip dari Army Handbook bahwa Kementrian Penerbangan dan badan-badannya mengontrol semua kegiatan pers. Perubahan yang ada hampir-hampir tidak lebih daru sekedar perubahan sumber wewenang karena sensor tetap ketat dan dilakukan secara sepihak.

     Berdasarkan uraian di atas, tindakan – tidakan penekanan terhadap kemerdekaan pers oleh penguasa Orde Lama bertambah bersamaan dengan meningkatnya ketegangan dalam pemerintahan. Tindakan – tindakan penekanan terhadap kebebasan pers merosot ketika ketegangan dalam pemerintahan menurun. Lebih-lebih setelah percetakan – percetakan diambil alih oleh pemerintahan dan para wartawan diwajibkan untuk berjanji mendukung politik pemerintahan, sehingga sangat sedikit pemerintahan melakukan tindakan penekanan kepada pers.

Tindakan pembatasan terhadap kemerdekaan pers selama tahun 1959 sama arahnya dengan tahun-tahun sebelumnys. Dengan jumlah tindakan sebanyak 73 kali. Selama tahun 1960 terjadi tiga kali pencabutan izin terbit, sedangkan pada tahun 1961 mencapai 13 kali. Rincian tindakan penekanan atau tindakan antipers selama 14 tahun sejak Mei 1952 sampai dengan Desember 1965, menurut catatan Edward C. Smith mencapai 561 tindakan.


7.      Perkembangan pers pada jaman Soeharto :
     Selama dua dasawarsa pertama Orde Baru, 1965–1985, kebebasan jurnalistik di Indonesia, memang bisa disebut lebih banyak bersinggungan dengan dimensi, unsur, nilai, dan roh ekonomi daripada dimensi politik. Sebagai sarana ekonomi, pers dapat hidup dengan subur tetapi sebagai wahana ekspresi, penyalur pendapat umum, pengemban fungsi kontrol sosial, pers Indonesia dihadapkan pada berbagai pembatasan dan tekanan dari pihak penguasa pusat dan daerah. Orde Baru sangat menyanjung ekonomi namun membenci politik. Sepanjang 1980, fungsi pers masih mengalami penciutan, bersamaan dengan pengetatan pengendalian oleh pemerintah terhadap kegiatan politik dalam masyarakat. Fungsi utama pers sebagai komunikator informasi telah mengalami kemunduran sehingga yang lebih menonjol adalah fungsinya yang lain sebagai sarana hiburan. Pers mengalami kepincangan terutama dalam bidang pendidikan politik.
     Kebebasan jurnalistik, kebebasan pers, dalam dua dari tiga dasawarsa kekuasaan monolitik Orde Baru, hanya lebih banyak memunculkan kisah sedih daripada kisah sukses yang sejalan dengan amanat para pendiri bangsa seperti dinyatakan dengan tegas dalam Pasal 28 UUD 1945. Disebut sebagai era pers tiarap Orde Baru. Hanya dengan tiarap, dengan mengendap-endap pers kita diharapkan bisa tetap bertahan hidup. Strategi inilah yang dipilih sebagian pers nasional untuk meloloskan diri dari jebakan-jebakan kematian. Orde Baru pun akhirnya tumbang pada 21 Mei 1998, lahirlah kemudian apa yang disebut Orde Reformasi.



8.      Perkembangan pers pada orde reformasi-sekarang :
     Kebebasan jurnalistik berubah secara drastis menjadi kemerdekaan jurnalistik. Terjadi euforia di mana-mana kala itu.
Secara yuridis, UU Pokok Pers No 21/1982 pun diganti dengan UU Pokok Pers No 40/1999. Dengan undang-undang baru dan pemerintahan baru, siapa pun bisa menerbitkan dan mengelola pers. Siapa pun bisa menjadi wartawan dan masuk organisasi pers mana pun. Hal ini ditegaskan pada Pasal 9 ayat (1) UU Pokok Pers No 40/1999, setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers. Ditegaskan lagi pada ayat (2), setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.

     Kewenangan pers nasional itu sendiri sangat besar. Menurut Pasal 6 Pokok Pers No. 40/1999, pers nasional melaksanakan peranan: (1) memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, (2) menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan, (3) mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar, (4) melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhdap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum, dan (5) memperjuangkan keadilan dan kebenaran.



Source :